Festival Sungai Tubo-Salutambung: Pembangunan Harus Selaras dengan Kelestarian Lingkungan dan Budaya

oleh -116 Dilihat

Majene, Mesakada.com — Festival Sungai Tubo-Salutambung (FESTA) di Muara Sungai Tubo-Salutambung, Majene, sukses digelar. 17-18 Juni.

Festival ini digelar sebagai bentuk penolakan tambang pasir seluias 9,27 hektar yang mengancam ekosistem dan penghidupan waarga sektiar.

FESTA diikuti warga Desa Salutambung dan Desa Tubo Poang, serta masyarakat dari wilayah yang terdampak rencana aktivitas tambang pasir di Sulbar.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Sulbar, Rachmad, yang mewakili Gubernur Sulbar Suhardi Duka (SDK), mengatakan, festival ini menjadi ruang refleksi bersama pentingnya pelestarian sungai, pendidikan sejarah dan budaya lokal, serta memperkuat solidaritas lintas kelompok dalam menjaga lingkungan hidup.

Rachmad menyampaikan apresiasi dari Gubernur Sulbar, SDK atas terselenggaranya FESTA yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.

Ia mengutip pandangan Gubernur SDK bahwa tema FESTA bukan sekadar slogan, tetapi jeritan nurani dan pernyataan sikap yang berakar pada kearifan leluhur.

“Mattayang Tubo berarti menjaga hidup. Hidup yang dimaksud bukan hanya soal napas, tetapi seluruh ekosistem yang menopang keberadaan kita. Sungai ini adalah sumber kehidupan. Bagi orang Mandar, sungai adalah nadi peradaban yang menghubungkan Pitu Ulunna Salu di pegunungan dengan Pitu Ba’ba Binanga di pesisir, jelasnya.

Rachmad menambahkan, wilayah Tubo dikenal dengan gelar “Daeng Mattayang”, atau Sang Penjaga. Gelar ini, kata dia, adalah tanggung jawab kolektif.

“Hari ini kita membuktikan bahwa semangat itu masih menyala. Gubernur menegaskan, pembangunan ekonomi harus sejalan dengan pelestarian lingkungan dan budaya. Pertumbuhan tidak boleh meninggalkan luka bagi alam dan sejarah. Pemerintah Provinsi akan berdiri bersama rakyat untuk menjaga hidup dan mencegah bencana,” tegasnya.

Rachmad menutup sambutan dengan memastikan bahwa seluruh ide dan pemikiran yang muncul dari festival ini akan menjadi bahan evaluasi dalam pengambilan kebijakan lingkungan ke depan.

“Mari kita jadikan festival ini sebagai tonggak solidaritas bersama. Mari kita rapatkan barisan dan satukan hati,”* pungkasnya. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.