Mamuju, Mesakada.com — Pagi itu, pesisir Pulau Karampuang tak seperti biasanya. Seekor Paus Sperma sepanjang enam meter terdampar di pantai, diam dalam kebisuan yang ganjil.
Video penemuan makhluk laut raksasa ini segera menyebar di media sosial, menarik perhatian banyak orang. Tubuh paus itu penuh luka robek, membentang dari kepala hingga ekor.
Tak ada yang tahu pasti penyebabnya. Ombak yang bergulung pelan seolah berusaha membisikkan rahasia yang dibawanya dari tengah lautan.
Begitu laporan masuk, Satuan Polisi Air dan Udara (Sat Polairud) Polresta Mamuju segera bergerak. “Kami langsung lakukan pengecekan ke lokasi,” ujar Kepala Sat Polairud IPTU Zulkipli, Jumat 31 Januari.
Di tepi pantai, warga berkumpul. Ada yang mengabadikan momen dengan ponsel, ada yang sekadar berdiri, menatap makhluk megah yang kini tak lagi bernyawa.
Namun, kekhawatiran pun muncul. Bangkai paus sebesar itu bisa membusuk, mencemari air, dan mengganggu budidaya rumput laut yang menjadi sumber penghidupan mereka.
“Atas permintaan warga, bangkai paus ini harus segera dikembalikan ke tengah laut,” lanjut Zulkipli.
Awalnya, tim berencana menguburkannya di pesisir. Namun, Karampuang bukan pantai berpasir lembut—batu karang mendominasi, membuat penggalian hampir mustahil. Satu-satunya cara adalah membawanya kembali ke laut.
Dengan kapal dinas Polairud, bangkai paus diikat dan perlahan ditarik menjauh dari pantai. Mesin kapal menderu, menarik tubuh raksasa itu ke perairan yang lebih dalam. Ombak bergulung, seakan menyambut kembalinya sang pengembara laut.
15 mil dari bibir pantai, tali dilepaskan. Tubuh paus itu perlahan tenggelam, kembali ke lautan yang dulu menjadi rumahnya.
Sebelum meninggalkan lokasi, IPTU Zulkipli mengingatkan warga agar segera melaporkan jika ada kejadian serupa di kemudian hari.
“Ini demi kelestarian lingkungan laut dan ekosistem pesisir,” katanya.
Hari itu, Karampuang kembali tenang. Tapi bagi mereka yang menyaksikan, kisah Paus Sperma ini akan terus teringat—tentang perjalanan terakhirnya, dan bagaimana ia akhirnya kembali ke tempat asalnya. (*)