Mamuju, Mesakada.com — Uang, dalam bentuk fisik maupun digital, memiliki kisahnya sendiri. Di Sulawesi Barat, tahun 2024 mencatat perjalanan uang yang tak hanya penuh angka, tetapi juga penuh makna.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulbar mencatat aliran uang yang mengalir deras, mencapai Rp1,77 triliun sepanjang tahun. Namun, uang yang keluar dari bank jauh lebih banyak dibandingkan yang kembali.
Outflow atau aliran uang keluar mencapai Rp2,29 triliun—sebuah angka yang melambung tinggi, terutama pada November 2024. Bukan tanpa alasan, bulan itu dipenuhi hiruk-pikuk persiapan Natal dan Tahun Baru, sebuah musim yang selalu menuntut kantong lebih dalam.
Sebaliknya, inflow atau uang yang kembali ke bank hanya sebesar Rp 515 miliar, dengan puncaknya terjadi di Januari dan Februari, ketika sisa liburan mulai surut. Namun, tak hanya uang tunai yang mencuri perhatian.
Pada Triwulan IV 2024, transaksi melalui kartu ATM menyentuh angka Rp 5,18 triliun, naik 3,06 persen dibanding tahun sebelumnya. Meski begitu, jumlah transaksinya justru turun 18,27 persen, menandakan perubahan pola: mungkin lebih sedikit, tetapi lebih bernilai.
“Secara spasial, Kabupaten Mamuju tercatat sebagai daerah dengan pangsa nominal transaksi terbesar, sekitar 234 persen, diikuti oleh Polewali Mandar sebesar 230 persen,” ungkap Kepala KPw BI Sulbar, Gunawan Purbowo, dalam penjelasannya pada Kamis, 23 Januari.
Sementara itu, transaksi uang elektronik melompat lebih jauh. Nilainya menyentuh Rp116,8 miliar, meningkat 31,12 persen, dengan volume transaksi hampir menyentuh angka satu juta kali. Bahkan kartu kredit, yang tak sepopuler uang elektronik, menunjukkan peningkatan kecil namun stabil—nilai transaksinya mencapai Rp16,85 miliar dengan pertumbuhan 0,95 persen.
Angka-angka ini lebih dari sekadar statistik. Mereka adalah potret ekonomi masyarakat Sulawesi Barat: bagaimana uang berpindah, bagaimana teknologi mengubah cara bertransaksi, dan bagaimana kebutuhan hidup melukis jejak pada neraca keuangan daerah. (*)