Toraja, Mesakada.com — Usai bertemu warga Kecamatan Tabang, Mamasa, Sulawesi Barat, rombongan Pj Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin, melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Minggu 9 Februari, sore.
Kunjungan ini bertujuan mempelajari budidaya cabai Katokkon—varietas cabai endemik Toraja yang bernilai ekonomi tinggi—untuk dikembangkan di Mamasa, yang secara geografis memiliki karakteristik alam serupa dengan Toraja.
Bahtiar beserta jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Sulbar diterima langsung oleh Sudirman, pengelola Smart Farming Cabai Katokkon, serta Silvi, penyuluh pertanian dari Tana Toraja.
Menurut Silvi, cabai Katokkon sudah lama menjadi komoditas unggulan petani Toraja karena memiliki nilai jual tinggi. Cabai ini dijual seharga Rp 65.000 per kilogram, sementara satu pohon mampu menghasilkan 3-4 kilogram cabai dalam sekali panen.
“Tidak ada kerugian menanam cabai ini. Bayangkan, sekali panen bisa mencapai empat kilogram per pohon, dikalikan Rp65.000, sementara biaya menanamnya hanya Rp25.000 per pohon,” ujar Silvi.
Hasil panen cabai Katokkon selain memenuhi kebutuhan lokal juga dikirim hingga ke Pulau Jawa. Keberhasilan ini semakin menarik perhatian rombongan Pemprov Sulbar untuk menjadikan Katokkon sebagai potensi baru di wilayah Mamasa.
Selain jajaran OPD, kunjungan ini juga diikuti oleh Ketua Petani Milenial Sulbar, Fadil, yang tertarik mendalami metode smart farming cabai Katokkon.
“Grade Katokkon ini sangat layak, nilai A. Pantas untuk dikembangkan,” ujar Fadil usai berdiskusi dengan pengelola kebun.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, dan Perdagangan (Koperindag) Sulbar, Bau Akram Dai, menyatakan bahwa Katokkon berpotensi besar menjadi model pengembangan home industry bagi petani dan UMKM di Sulbar.
“Ciri khas dan kemasan Katokkon ini bisa menjadi contoh bagi Sulbar, terutama untuk meningkatkan industri rumahan berbasis cabai,” kata Bau Akram Dai, Senin 10 Februari.
Menurutnya, pengembangan cabai di Sulbar tak hanya sebatas produksi dan penjualan, tetapi juga bisa diarahkan menjadi industri olahan seperti sambal kemasan dan produk turunan lainnya, sebagaimana telah diterapkan petani di Toraja.
“Ini langkah bagus. Apresiasi untuk Pj Gubernur yang membawa kami belajar langsung ke perkebunan Katokkon di Toraja Utara,” tandasnya. (*)