Oleh: Muhammad Al Iqbal
Nepal merupakan negara dengan sejarah geopolitik panjang yang menjadi titik persaingan antara kekuatan besar. Dimulai dari Perjanjian Sugauli tahun 1816 antara Nepal dan Inggris, yang menandai awal dominasi kolonial, hingga posisi geografisnya yang strategis sebagai negara pegunungan di antara India dan Tiongkok, Nepal menjadi arena perebutan pengaruh.
Konflik Internal dan Tokoh Kunci
Khadga Prasad Sharma Oli, Perdana Menteri pro-Tiongkok dan tokoh utama Partai Komunis Nepal (CPN-UML), memperkuat hubungan dengan proyek Belt and Road. Ia mengundurkan diri setelah protes besar yang dipimpin oleh generasi muda. Ram Chandra Poudel, Presiden Nepal yang lebih pro-India, juga mengundurkan diri pasca-kerusuhan. Sushila Karki, mantan Ketua Mahkamah Agung, ditunjuk sebagai PM sementara. Jenderal Ashok Raj Sigdel, Panglima Angkatan Darat, menjaga ketertiban dan mendorong dialog damai.
Peta Konflik Internal
Konflik berakar pada dualisme politik pro-Tiongkok dan pro-India. Protes Gen Z menuntut transparansi dan penghapusan korupsi, bereskalasi menjadi pembakaran gedung parlemen dan bentrokan berdarah.
Dimensi Geopolitik Internasional
AS menggunakan program USAID dan MCC untuk bantu pembangunan dan mengontrol pengaruh, namun membekukan sebagian bantuan selama 90 hari sebagai leverage diplomatik pada 2025. Tiongkok berinvestasi besar lewat Belt and Road, mendukung kubu Oli. India, dengan hubungan historis kuat, sensitif terhadap peluang pengaruh Tiongkok terutama terkait Lipulekh Pass.
Upaya AS dan Inggris
AS dan Inggris memanfaatkan diplomasi lunak dan bantuan pembangunan untuk memperluas pengaruh. AS mengelola dana miliaran, meski pembekuan bantuan sempat menghambat proyek penting. Inggris menggunakan diplomasi dan kerja sama intelijen dengan AS dan India untuk pengaruh regional.
Operasi Intelijen Terverifikasi
Pada 2020, MI5 mengusir tiga mata-mata Tiongkok yang menyamar sebagai jurnalis dan mengungkap jaringan MSS di Nepal yang mencoba melemahkan MCC dan AS. India melalui RAW pernah mengirim delegasi yang bertemu pejabat Nepal, berupaya mengelola jaringan intelijen domestik. AS melalui CIA dan Special Activities Center menjalankan operasi rahasia, meski minim publikasi.
Pada tahun 1960-an dan 1970-an, CIA memang memberikan bantuan kepada pemberontak Khampa di Tibet yang beroperasi di distrik Mustang, Nepal yang berbatasan dengan Tibet. Gerakan perlawanan ini dikenal sebagai Chushi Gangdrug, sebuah kelompok pejuang pemberontak Tibet yang berusaha melawan pasukan Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok.
Beberapa fakta dan data kunci sejarah konflik geopolik di nepal.
CIA menyediakan senjata dan pelatihan kepada para pemberontak Khampa melalui operasi rahasia yang melibatkan penerjunan logistik dan persenjataan di daerah Mustang sejak 1961. Sekitar 2000 pemberontak Tibet berkumpul di Mustang dan menggunakan wilayah ini sebagai basis operasi untuk menyerang Tiongkok di Tibet.
Menurut dokumen historis, operasi ini berlangsung dengan dukungan rahasia dari Amerika Serikat dan kemungkinan koordinasi dengan India, sementara India sendiri tidak secara resmi diberi tahu mengenai operasi ini pada tahap awal.
Pada masa itu, situasi menjadi sangat serius sehingga Mao Tse Tung secara pribadi meminta Raja Nepal untuk mengambil tindakan terhadap pemberontak Khampa ini, yang jika tidak dilakukan, Tiongkok mengancam akan campur tangan langsung. Sebagai respons, Raja Nepal mengerahkan pasukannya untuk melucuti senjata dan mengusir para pemberontak dari wilayah Nepal bagian utara.
Operasi ini termasuk di antaranya pelatihan di Colorado oleh CIA untuk para komandan Khampa dan pembentukan jaringan pengintaian rahasia yang beroperasi melintasi perbatasan Tibet-Nepal.
Jadi, situasi pemberontakan Khampa di Mustang memang merupakan arena operasi intelijen dan militer gabungan antara Amerika Serikat, India, dan Nepal dengan tujuan melemahkan kendali Tiongkok atas Tibet melalui wilayah Nepal. Hal ini merupakan salah satu episode penting dalam persaingan geopolitik wilayah Himalaya di masa Perang Dingin.
Kesimpulan.
Tidak ada kesimpulan, hal rumit sebaiknya diurai perlahan, bukan di simpulkan sebagai bias efek mental instanisasi.