Mamuju, Mesakada.com – Harga emas Antam hari ini naik sebesar Rp 17 ribu. Harganya makin mendekati Rp 2 juta per gram, yakni Rp 1.986.000 juta per gram.
Lonjakan harga emas belakangan ini bukan sekadar fenomena lokal, tapi bagian dari pergerakan global yang masih belum menunjukkan tanda-tanda mereda.
Hal ini menjadi perhatian karena berpotensi memicu inflasi lebih lanjut, meski saat ini kontribusinya masih di bawah komoditas pangan bergejolak (volatile food).
“Memang lonjakan harga emas istilahnya pergerakan yang terjadi secara global. Tidak hanya di Sulbar, tapi secara global sebagai dampak dari track world yang memang beberapa waktu terakhir dilakukan Amerika Serikat,” kata Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sulbar, Eka Putra Budi Nugroho, saat diwawancara, Rabu 23 April.
Secara parsial, emas mulai tercatat sebagai penyumbang inflasi. Namun, pengaruhnya dinilai belum signifikan dibandingkan komoditas pangan.
“Tapi signifikansinya memang belum terlalu besar dibandingkan dengan komoditas volatile food,” tambahnya.
Meski demikian, pemerintah daerah maupun masyarakat diminta waspada terhadap potensi kenaikan lanjutan.
“Perlu disikapi, apakah emas ini akan meningkat terus. Konsumsi masyarakat kedepan juga akan seperti apa. Apakah memang di Sulbar ada preferensi akan belanja menggunakan emas di tengah kenaikan harga atau tidak,” jelasnya.
Ia menegaskan, tekanan terhadap harga emas masih mungkin terjadi dalam waktu dekat, terutama jika belum ada penyelesaian dari dinamika ekonomi global.
“Sebab perlu dipahami, potensi kenaikan ini akan bisa jadi terus terjadi. Tekanannya masih akan ada, sampai dengan nanti mungkin track world ini yang sifatnya global bisa ada jalan tengahnya,” pungkasnya. (*)
