Usaha air galon ini juga ditargetkan menjadi sumber Pendapatan Asli Desa (PADes). Faisal optimistis BUMDes bisa meraih pemasukan antara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per tahun dari usaha ini.
Menurut dia, distribusi air tidak hanya dilakukan di depot utama, tetapi juga dengan menitipkan air ke sejumlah warung di desa, yang sekaligus menggerakkan roda ekonomi warga.
Langkah Batu Pannu ini mendapat apresiasi dari Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Mamuju, Syarifuddin.
Ia menilai, inovasi ini merupakan wujud kepemimpinan kreatif dan patut dijadikan contoh oleh desa-desa lain.
“Sebagai bagian dari pemerintah, kami sangat berterima kasih kepada Pemerintah Desa Batu Pannu yang punya kreativitas luar biasa. Salah satu kebutuhan utama masyarakat adalah air. Dan pak desa mampu menjawab itu dengan cara yang cerdas, mengelola air menjadi layak minum dengan harga sangat terjangkau,” ujar Syarifuddin.
Ia menambahkan, kehadiran depot air galon ini telah memotong waktu dan biaya yang sebelumnya harus dikeluarkan warga untuk membeli air bersih dari luar desa. Ia juga mengajak masyarakat untuk memanfaatkan usaha ini secara maksimal agar terus berkembang.
“Potensi di desa ini mari dikembangkan dan diolah dengan baik, sehingga bisa dinikmati masyarakat luas. Ini juga meningkatkan pendapatan desa, dan sangat patut dicontoh karena dikelola langsung oleh BUMDes,” tambahnya. (*)