Cari Keadilan Mahasiswa Sulbar yang Ditahan di Mesir, Gubernur SDK Bakal Koordinasi dengan Kemenlu

oleh -2152 Dilihat
Gubernur Sulbar, SDK

Mamuju, Mesakada.com — Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar), Suhardi Duka (SDK), menyatakan bahwa Pemprov Sulbar akan berupaya menjalin koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri terkait persoalan yang menimpa mahasiswa asal Sulbar di luar negeri.

“KBRI sudah urus, nanti kita juga coba koordinasi dengan teman di Kemenlu,” kata DK, saat dikonfirmasi, Minggu 13 April.

Sebagai pembelajaran, SDK mengimbau masyarakat Sulbar agar lebih berhati-hati, khususnya dalam menerima titipan dari orang lain, terlebih saat bepergian ke luar negeri.

“Tapi ini pelajaran, jangan sekali-kali terima barang titipan teman kalau kamu tidak lihat isinya secara detail. Apalagi dalam perjalanan internasional,” sebutnya.

Diketahui, seorang mahasiswa asal Desa Dungkait, Kecamatan Tapalang Barat, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, berinisial AG, kini mendekam di Penjara Nozha, Kairo, Mesir.

Penahanan ini diduga bermula dari sebuah bungkusan titipan yang dibawanya saat kembali ke Kairo pada 12 Maret lalu. AG, yang tengah menempuh studi di Kairo, sempat pulang ke Indonesia sebelum akhirnya terbang kembali ke Mesir.

Menurut keterangan keluarganya, sehari sebelum keberangkatannya, AG menerima titipan dari rekannya sesama mahasiswa asal Indonesia, berinisial AD. Titipan itu diberikan atas permintaan DPW, warga Indonesia yang sedang berada di Kairo, yang menghubungi AD untuk mengirimkan sebuah paket dari Jakarta.

AD yang saat itu mengaku bagasinya sudah penuh, menyerahkan titipan tersebut kepada AG. Sekitar pukul 12.58 waktu Kairo, AG tiba di Bandara Internasional Kairo dan menjalani pemeriksaan oleh petugas Bea Cukai.

Petugas memeriksa seluruh barang bawaan AG, termasuk paket titipan tersebut. Pemeriksaan menemukan tiga buah stempel yang mencurigakan di dalam bungkusan.

Kepada petugas, AG mengaku tidak mengetahui isi paket itu. Ia pun langsung menghubungi AD, yang kemudian mengontak DPW untuk meminta klarifikasi. Menurut balasan pesan WhatsApp dari DPW, stempel tersebut adalah stempel kitab PPMI Mesir.

Namun, setelah diperiksa lebih lanjut, pihak keamanan Mesir menyatakan bahwa stempel-stempel tersebut adalah stempel imigrasi negara Mesir. Temuan ini menimbulkan kecurigaan serius bahwa alat tersebut dapat digunakan untuk pemalsuan dokumen atau aktivitas ilegal lainnya.

Setelah penemuan itu, komunikasi AG dengan pihak keluarga terputus. Menurut istri AG, kontak terakhir terjadi pada sore hari, sebelum akhirnya ia kehilangan kabar. Informasi yang dihimpun dari berbagai sumber menyebutkan bahwa AG sempat diperiksa intensif di bandara dan bahkan mengalami kekerasan fisik oleh aparat keamanan setempat. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.