Siasati Efisiensi Anggaran dengan Berinovasi, Tingkatkan Ketahanan Pangan dengan Manfaatkan Lahan Kosong

oleh -231 Dilihat
Pj Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin memanen Pisang Cavendis yang ditanamnya sejak mulai menjabat di Sulbar.

Mamuju, Mesakada.com – Pemangkasan anggaran pemerintah, baik dalam APBN maupun APBD, resmi diterapkan melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 tentang Efisiensi Belanja dalam Pelaksanaan APBD.

Kebijakan ini membuat banyak daerah harus menyesuaikan diri dengan keterbatasan dana, termasuk dalam mengelola sumber daya yang ada.

Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Barat, Bahtiar Baharuddin, mendorong pemerintah daerah dan masyarakat untuk lebih inovatif dalam menghadapi tantangan ini. Bahtiar mengajak ASN dan warga untuk memanfaatkan lahan kosong guna meningkatkan ketahanan pangan dan ekonomi daerah.

“Ayo ambil cangkul, jangan malu. Sejak dulu saya mendorong ASN dan warga agar memanfaatkan lahan kosong untuk budidaya hortikultura dan perikanan. Ini solusi konkret di tengah keterbatasan anggaran,” ujar Bahtiar, saat kunjungan kerja ke Pasangkayu, Baharuddin Rabu 12 Februari.

Kebijakan baru pemerintah pusat yang membatasi kehadiran ASN di kantor selama tiga hari dalam seminggu dan menerapkan sistem Work From Anywhere (WFA) juga menjadi peluang bagi mereka untuk lebih produktif di luar pekerjaan kantor.

Bahtiar menekankan bahwa ASN bisa memanfaatkan waktu luang untuk bercocok tanam, yang tidak hanya meningkatkan ketahanan pangan tetapi juga berpotensi menjadi sumber pendapatan tambahan.

Bahtiar menegaskan bahwa keterbatasan anggaran tidak boleh menjadi hambatan. Ia mengusulkan pembangunan Green House di setiap kecamatan untuk produksi bibit hortikultura yang dapat dibagikan kepada masyarakat secara gratis.

“Usulkan pembangunan Green House per kecamatan. Biayanya murah, hanya sekitar Rp 200 juta. Dari sana kita bisa produksi bibit cabai, semangka, nanas, sayuran, hingga pisang,” jelasnya.

Menurutnya, jika setiap keluarga menanam cabai secara massal, maka bisa menjadi sumber pendapatan yang signifikan. “Dengan 5.000 pohon cabai, penghasilan bisa mencapai Rp6 juta per bulan. Jika 2.000 pohon, sekitar Rp3 juta per bulan,” ungkapnya, sambil menceritakan pengalaman sukses petani cabai di Enrekang, Sulawesi Selatan.

Selain cabai, Bahtiar juga menekankan pentingnya pengembangan pisang Cavendish, yang telah mulai dibudidayakan di Sulbar. “Minggu lalu saya panen di belakang rumah jabatan. Hanya 14 pohon, tapi jika dijual bisa mencapai Rp 16 juta. Ini bukti tanah Sulbar sangat subur dan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan penghasilan,” ujarnya.

Selain sektor pertanian, Pj Bahtiar juga mendukung rencana pembangunan Kawasan Industri di Kecamatan Tikke, Pasangkayu. Ia menilai kawasan industri dapat menjadi daya tarik bagi investor dan meningkatkan perekonomian daerah. (*)

No More Posts Available.

No more pages to load.