Mamuju, Mesakada.com – Upaya membentengi pelajar dari ancaman narkoba terus digalakkan. Salah satunya melalui kegiatan Pemilihan Duta Anti Narkoba yang digelar oleh Malaqbi Institute-Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sulawesi Barat di SMAN 2 Mamuju, Selasa 29 Juli 2025.
Mengangkat tema Penguatan Pemahaman Pelajar Tentang Bahaya Narkoba, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran remaja terhadap bahaya narkotika serta menciptakan lingkungan sekolah yang sehat dan bebas narkoba.
Kepala SMAN 2 Mamuju, Abdul Rahman mengapresiasi kegiatan ini sebagai bentuk pencegahan dini terhadap penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
“Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi langkah nyata dalam mengantisipasi penyebaran narkoba di lingkungan sekolah, apalagi SMAN 2 Mamuju kini berstatus sekolah berasrama,” ujar Abdul Rahman.
Ia juga menambahkan bahwa peran komite sekolah sangat penting dalam mendukung komitmen menjadikan SMAN 2 Mamuju sebagai zona bebas narkoba.
Ketua Tim Bidang Pencegahan dan Pemberdayaan Masyarakat BNNP Sulbar, Amelia menjelaskan bahwa saat ini jenis narkotika semakin beragam dan sering kali menyasar pelajar.
“Narkoba itu tidak hanya merusak kesehatan, tetapi juga bisa menyebabkan kecanduan parah. Banyak narkotika jenis baru yang bahkan belum dikenal luas. Ini yang berbahaya karena bisa membuat kita terkecoh,” ucapnya.
Direktur Malaqbi Institute, Kamin Islamin, menyebut kegiatan ini lahir dari keprihatinan terhadap meningkatnya kasus narkoba di Sulbar yang melibatkan usia muda.
“Hampir setiap pekan ada penangkapan kasus narkoba, dan pelakunya banyak yang masih remaja. Maka penting bagi kita membekali anak-anak dengan pemahaman yang benar soal bahaya narkoba,” katanya.
Dalam sesi materi, Penyuluh Narkoba BNNP Sulbar, Ayu Arniningsih menyampaikan bahwa narkotika merupakan kejahatan luar biasa atau extraordinary crime yang melibatkan jaringan lintas negara dan dapat menghancurkan masa depan generasi muda.
“Diperkirakan setiap hari 30 orang meninggal akibat narkoba. Kerugiannya bahkan mencapai Rp 84,7 triliun per tahun,” ungkap Ayu.
Ia juga memaparkan bahwa narkoba kerap diselundupkan melalui jalur laut dan pelabuhan tidak resmi, dengan dukungan dana dari jaringan besar. Bahkan beberapa aparat negara juga pernah terlibat dalam jaringan ini.
Data dari BNN menunjukkan, angka prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia mencapai 3,3 juta orang pada 2023. Sebagian besar pengguna pertama kali mendapatkan narkoba dari teman atau pacar (84,49%), dan apotek menjadi sumber kedua di daerah pedesaan.
Penyuluh lainnya, Elsa W. Novianti menambahkan bahwa narkoba sebenarnya digunakan juga dalam bidang medis, seperti morfin untuk anestesi, methadone sebagai analgesik, atau codein untuk obat batuk. Namun, penyalahgunaan zat-zat ini bisa berujung pada kecanduan dan kerusakan otak.
Ia juga menjelaskan dampak narkoba berdasarkan jenisnya. Stimulan seperti sabu dan ekstasi memicu tubuh lebih aktif dan meningkatkan rasa senang. Sementara depresan seperti heroin dan alkohol menurunkan aktivitas otak dan membuat pengguna menjadi lamban. Halusinogen seperti ganja bisa menyebabkan perubahan persepsi dan gangguan mental.
“Zat adiktif seperti nikotin, kafein, dan alkohol juga bisa memengaruhi perilaku jika dikonsumsi berlebihan. Inilah pentingnya edukasi dini kepada pelajar,” kata Elsa. (ajs)