Mamasa, Mesakada.com – Rencana pembangunan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Salurano, Kecamatan Tanduk Kalua, Kabupaten Mamasa, menuai penolakan keras dari masyarakat setempat.
Sekelompok warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Salurano menggelar aksi dengan menutup jalan serta memasang baliho penolakan di pintu masuk menuju lokasi TPA.
Koordinator aksi, Reynal Mesakaraeng, menegaskan aksi tersebut sebagai simbol perlawanan masyarakat terhadap kebijakan yang dianggap merugikan. Menurutnya, lokasi TPA terlalu dekat dengan permukiman warga dan berpotensi menimbulkan dampak serius bagi kesehatan serta kenyamanan.
“Kami menolak keras keberadaan TPA ini. Penempatannya terlalu dekat dengan rumah-rumah warga. Jika tetap dilanjutkan, akan menimbulkan masalah kesehatan, pencemaran lingkungan, dan bau tidak sedap yang mengganggu aktivitas masyarakat,” tegas Reynal, Minggu (14/9/2025).
Ia menambahkan, penolakan warga bukan berarti anti terhadap program pemerintah, melainkan berharap agar pembangunan TPA dipindahkan ke lokasi lain yang lebih jauh dari permukiman.
Aksi ini melibatkan seluruh elemen masyarakat, mulai dari pemuda hingga anak-anak. Warga menilai keberadaan TPA tidak hanya menimbulkan bau menyengat, tetapi juga berpotensi mencemari sumber air bersih yang sangat penting bagi kebutuhan sehari-hari.

Kekhawatiran kian kuat karena sebagian besar masyarakat Salurano menggantungkan hidup dari pertanian dan perkebunan yang bergantung pada kualitas lingkungan.
Seorang warga menyebut penolakan TPA bukanlah hal baru. Menurutnya, rencana serupa pernah ditolak sejak lama, bahkan almarhum Kepala Desa Salurano pertama, Marten D., juga menentang pembangunan tersebut sehingga sempat dihentikan.
“Hanya saja, sekarang tiba-tiba muncul lagi kabar pembangunan TPA akan dilanjutkan,” ujarnya.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada tanggapan resmi dari pihak pemerintah daerah terkait penolakan masyarakat. Warga berharap aspirasi mereka benar-benar didengar dan dijadikan pertimbangan sebelum proyek dilanjutkan.
Reynal menegaskan aksi protes ini tidak akan berhenti sebelum pemerintah membatalkan rencana pembangunan.
“Kami akan terus bersuara. Lingkungan adalah hak bersama, dan kami tidak akan tinggal diam jika kesehatan warga dipertaruhkan,” tutupnya. (*)